Bek keturunan Indonesia, Kevin Diks, angkat suara terkait serangan rasisme yang dialamatkan kepada bek Chelsea, Trevoh Chalobah. Diks mengecam keras tindakan netizen Indonesia yang melontarkan komentar bernada rasis setelah pertandingan antara FC Copenhagen vs Chelsea di UEFA Conference League.
Kronologi Insiden: Serangan Netizen Indonesia
Trevoh Chalobah mendapat kritik tajam setelah laga FC Copenhagen vs Chelsea yang berakhir dengan kemenangan The Blues 2-1. Dalam pertandingan tersebut, Chalobah tampil cukup solid di lini pertahanan, tetapi beberapa kesalahannya tetap menjadi sorotan.
Sayangnya, kritik dari sebagian netizen justru berujung pada komentar rasis di media sosial. Banyak akun berbahasa Indonesia yang meninggalkan ujaran kebencian terhadap Chalobah di platform seperti Instagram dan Twitter/X.
Kevin Diks Beri Pembelaan
Kevin Diks yang bermain selama 79 menit dalam laga tersebut merasa kecewa dengan reaksi sebagian netizen Indonesia. Lewat unggahan di akun pribadinya, Diks menegaskan bahwa rasisme tidak boleh ditoleransi dalam dunia sepak bola.
🗣️ "Saya mengerti bahwa sepak bola penuh emosi, tetapi menyerang pemain dengan ujaran rasis tidak bisa dibenarkan. Kita harus menunjukkan respek kepada semua pemain, tidak peduli dari mana mereka berasal," tulis Diks.
Bek berusia 27 tahun itu juga menegaskan bahwa sepak bola seharusnya menjadi ajang persatuan, bukan kebencian. "Jangan sampai tindakan segelintir orang mencoreng nama baik negara sendiri," tambahnya.
Reaksi Netizen dan Chelsea
Pihak Chelsea juga bereaksi terhadap komentar rasis yang diterima Chalobah. Klub asal London itu langsung mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam segala bentuk diskriminasi.
"Chelsea berdiri teguh melawan rasisme dan segala bentuk diskriminasi. Kami akan terus bekerja untuk memberantas perilaku ini dari sepak bola," bunyi pernyataan klub.
Sementara itu, netizen Indonesia terpecah menjadi dua kubu. Sebagian mengecam perilaku rasis tersebut dan meminta maaf atas ulah segelintir oknum, sementara sebagian lainnya menganggap kritik kepada Chalobah sebagai sesuatu yang wajar dalam sepak bola.
Rasisme di Sepak Bola, Masalah yang Tak Kunjung Usai
Insiden ini kembali menjadi pengingat bahwa rasisme masih menjadi masalah serius dalam dunia sepak bola. Sebelumnya, beberapa pemain top dunia seperti Vinícius Júnior, Romelu Lukaku, dan Marcus Rashford juga pernah menjadi korban ujaran rasis baik di dalam maupun di luar lapangan.
FIFA dan UEFA sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa mereka memiliki kebijakan zero tolerance terhadap rasisme. Klub dan pemain diharapkan bisa ikut berperan dalam melawan diskriminasi di dunia olahraga.
Kesimpulan: Saatnya Netizen Lebih Bijak
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi komunitas sepak bola, khususnya di Indonesia. Kritik memang bagian dari sepak bola, tetapi melontarkan ujaran rasis bukanlah hal yang dapat diterima.
Seperti yang disampaikan Kevin Diks, respek harus selalu dijunjung tinggi, baik dalam kemenangan maupun kekalahan. Sudah saatnya netizen lebih bijak dalam bersikap dan tidak membawa sepak bola ke arah yang negatif.